Beberapa waktu lalu di bikin bingung lagi dengan pernyataan "Planning for the future", haduuuh ikut Intrpreneurship Training malah bikin kacau . Tujuan hidup, cita-cita, hal yang akan diraih, semua itu pasti terpikirkan, tapi ngga se-kongkrit dan se-spesifik itu.
Ex:
2013 => Graduate from high school! Study at the best univ, sometimes i wanna study abroad (in my imagine) !
2017 => Graduate from univ! Cumlaud! Working at famous company! or Study again! Get freedom, and get more experience! Enjoyed my life!
2020 => Get merried!
See, ngga ada hal yang menarik, karena dalam benak aku hanya melakukan hal terbaik, jadi terkadang (atau mungkin selalu) aku hanya menuruti apa yang orang tua katakan. Aku yakin apa yang mereka katakan untuk kebaikanku juga, termasuk mencekokiku terus dengan kalimat "ayo belajar yang pintar, biar nanti bisa masuk kedokteran", wow rasanya aku benar-benar harus jadi seorang dokter, tapi aku ngga pernah merasa kalau aku ngga bisa mewujudkannya, hanya saja ketertarikan aku untuk jalani itu tidak sebesar harapan mereka, mungkin. But, karena aku pun belum memilih, jadi apa boleh buat, terus ikuti mereka.
"Just flow it!"
Aku pikir hidup itu yaudah jalani aja, tapi ternyata ngga bisa, karena semua hal dalam hidup itu ngga bisa dibiarin gitu aja. Ada yang harus dipertahankan dan harus diraih. So, how about me? Apa yang harus ku raih? Tetes demi tetes air mata terus keluar hanya karena aku belum memiliki impian. Aku yang terlalu ngga peduli dengan hal lain, akhirnya hancur karena sikapku ini. Terpuruk dalam diam, dibalik senyuman yang penuh dengan kekacauan.Hal yang menurut orang lain sepele ini adalah kesulitan terbesar, karena menyangkut masa depan. (sejak kapan aku memikirkan masa depanku?) Membayangkannya pun aku bingung, karena aku ngga tau apa yang menjadi keinginanku, rasanya hari itu semalaman aku seperti orang gila.
Saat sulit kaya gini aku jadi ingat kata-kata seseorang yang telah aku anggap sebagai kakakku sendiri, ketika itu aku yang penuh dengan berbagai masalah, dan aku merasa sangat kacau, tapi aku bisa menyelesaikannya, beberapa waktu kemudian saat aku merasa asing karena aku tidak terbiasa sendiri, kehilangan semua orang yang aku sayangi yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan ia berkata "Tina bisa lewatin masalah-masalah kemarin sama anak-anak yang lain, kakak yakin pasti masalah ini juga bisa dilewatin", (kurang lebih gitu), yah setidaknya kali ini aku juga bisa lebih kuat dengan kata-kata itu.
Walaupun banyak hal di masa lalu yang mengerikan, tapi tetap ada saja hal yang baik yang harus terus diingat. Kebaikan-kebaikan mereka, dan hal menyenangkan yang pernah dilewati, setidaknya mengurangi rasa rindu saat aku dan mereka yang aku sayangi tidak berada sedekat dulu.
Rasa kehilangan itu lebih terasa ketika pada kenyataannya kita berada dekat tetapi seperti tak saling mengenal, atau simpelnya kaya cuma temen biasa. Padahal kita baru ketemu 1,5 tahun yang lalu, tapi rasanya udah lamaaa banget kenal sama mereka, kerasa pas beda kelas, dan sekarang salah satu diantara kita harus lebih jaim, karena dia terpilih jadi ketua Rohis sekolah. Terbayang tawanya, jahilnya, betenya, gilanya, teriakan dan sapaannya dia, kangen bangeeett!!! Sekarang berubah jadi lebih berwibawa, ya jujur sih lebih keren, tapi tetep aja, rasanya kaya ngga kenal dia kalau dia kaya gini. Tapi, dia bilang kalau diluar area sekolah dan kita lagi ngumpul, dia bakal kaya biasa lagi, semoga yaaaa...... Sahabat paling ganteng dan keren, sedikit gila juga. Hehehe (gimana ngga paling ganteng, orang cowo sendiri) Miss you all!! :-*
Katanya susah untuk bisa mempercayai orang lain, tapi kenapa tidak untukku. Aku mempercayai orang-orang yang aku sayangi. Hal apapun yang mereka lakukan dan katakan, aku yakin semuanya untuk kebaikan kita. Sampai akhirnya kepercayaan itu sirna dengan apa yang dilakukannya, orang yang dulu pernah aku kagumi dan sebelumnya sempat menjadi sahabatku. Setelah kejadian itu aku takut memilih, menilai, dan mempercayai orang lain. Ketika aku mau mencobanya lagi, dan bertahan untuk melewati hal-hal yang sulit, aku mulai mengerti betapa sulitnya menjaga daripada memilih. Beberapa bulan terlewati, semua tanpa status yang jelas, dan aku merasakan ketidak nyamanan dia dengan hubungan ini. Kembali lagi, aku bukan takut mengikrarkan hubungan ini, tapi aku takut ketika semua berakhir dengan perpisahan. Dan kini aku tau kalau aku benar-benar belum bisa meyakinkan dia kalau aku menyayanginya.
Pernyataan demi pernyataan yang dilontarkan cukup membuatku semakin kehilangan asa, ditambah lagi dengan satu pernyataannya dijejaring sosial itu, yang membuatku membatu. Tetesan air mata ku seketika terhenti, dan aku tak rasakan apapun. Entah apa yang harus kukatakan, begitu bingung bagaimana menjelaskan apa yang ada dalam pikiranku. Hanya merasa sendiri, dan kosong tanpa asa. Aku cuma mau bilang "Aku tulus sayang sama kamu".
Banyak orang bilang kalau aku masih seperti anak kecil, dan aku sangat tidak menyukai sebutan itu. Tapi terkadang aku menyadari mengapa mereka katakan itu karena aku memang selalu ingin merasakan kebahagiaan dalam hidupku, tanpa memikirkan kesulitan apa yang sedang atau akan aku hadapi. Makanya masalah-masalah yang hadir dalam hidupku yang sering membuatku sedih, berlalu seperti angin dingin yang berhembus dimalam hari, karena aku bisa kembali menjadi gadis yang ceria keesokan harinya dengan melepaskan semua masalah dan kesulitan itu ketika aku terjaga dalam tidurku.